Catur Sanak, Empat Saudara Niskala Sejak Lahir Bisa Melindungi Sebaliknya Bisa Juga Membawa Petaka
Dalam preses kehidupannya, manusia yang lahir ke dunia
tidaklah sendiri. Seseorang dalam menjalani kehidupan keduniawian selalu
ditemani empat saudara yang disebut Kandapat atau Catur Sanak.
Di Bali kepercayaan ini sangat kuat. Saudara-saudara yang tak kasat mata ini pun turut lahir mengikuti manusia, dan menemaninya hingga ajal menjemput. Catur Sanak adalah empat saudara dan perwujudan yang disebutkan terdapat dua pengertian Catur Sanak yaitu :
Catur Sanak sebagai empat saudara yang disebut kanda pat
selalu menyertai kita dari sejak dalam kandungan, lahir, hidup dan sampai kita
mati. Saudara empat kita ini senantiasa
menjaga kita selama semasa kita hidup. Dan merecord setiap perbuatan baik dan
buruknya roh semasih ada di dunia ini
Empat perwujudan Dewi Uma yang berawal ketika Beliau telah
kembali ke Siwa Loka, maka yang tinggal di dunia yaitu perwujudan beliau dengan
segala sifatnya dan menjadi empat tokoh yang juga disebut dengan catur sanak.
Dalam Lontar Angastia Prana, disebutkan bahwa Catur Sanak
adalah empat saudara sebagai pelindung dan pemelihara secara langsung sang
jabang bayi dalam kandungan ibunya serta berfungsi sebagai penolong bayi pada
saat lahir. Keempat catur sanak tersebut adalah :
- Ari-ari atau plasenta,
- Darah (rah)
- Lamas dan
- Yeh nyom, air ketuban...
Setelah sang bayi dan Catur Canak sama-sama lahir ke dunia, keduanya mendapatkan perlakuan sekala dan niskala. Setiap bayi diupacarai secara keagamaan. Sang Catur Sanak pun ikut serta diupacarai. Nama Sang Catur Sanak berubah menjadi seratus delapan kali. Demikianlah sampai sang bayi meningkat dewasa, tua dan sampai meninggal.
Saat bayi baru lahir Catur Sanak mendapatkan upacara dengan
sarana nasi kepel empat kepel. Saat sudah meninggal roh atau Atman dipreteka
dengan upacara ngaben, saat itu Catur Sanak mendapatkan upacara dengan sarana
beras catur warna.
Sampai upacara Atma Wedana dan roh mencapai Dewa Pitara distanakan di Pelinggih Kamulan, maka Catur Sanak distanakan di Pelinggih Taksu sebagai Batara Hyang Guru. Demikian dijelaskan "catur sanak" dalam kutipan artikel Parisada Hindu Dharma, "Makna Pelinggih Taksu di Merajan"
Dalam Lontar Kanda Pat, seperti penjelasan "Catur Sanak" yang dikutip dari sejarahharirayahindu, mitologi ini berawal ketika Dewi Uma telah kembali ke Siwa Loka, maka yang tinggal di dunia yaitu perwujudan beliau dengan segala sifatnya. Jasad ini kemudian oleh Dewa Brahma dihidupkan kembali dan menjadi empat tokoh yang disebut dengan catur sanak, yakni :
- Anggapati menghuni badan manusia dan mahluk lainnya. Ia berwenang mengganggu manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka.
- Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung. Ia berhak merusak mayat yang ditanam melanggar waktu/dewasa. Juga ia boleh mengganggu orang yang memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara.
- Banaspati menghuni sungai, batu besar. Ia berwenang mengganggu atau memakan orang yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala. Misalnya tengai tepet (di siang bolong) atau sandikala (sore menjelang malam).
- Banaspatiraja sebagai penghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, bingin, kepah, dll yang dipandang angker. Dia boleh memakan orang yang menebang kayu atau naik pohon pada waktu yang terlarang oleh dewasa (hari yang baik / buruk menurut kalender Bali). Sehingga dari kedua pengertian tersebut terlihat dua makna dan fungsi yang berbeda..
Keempat saudara yang tak terlihat (Kanda Pat) ini, juga
terus menyertai kita dalam setiap aspek kehidupan. Menjaga atman dalam tubuh,
serta mencatat seluruh pola dan alur kehidupan kita sehingga cara menjalin
hubungan dengan nyama kanda pat disebutkan dalam salah satu kutipan BaliExpress
dikatakan sebagai berikut :
- Selalu berbagi, dengan cara menghaturkan banten jotan (saiban) atau menyisihkan sedikit makanan di piring.
- Selalu melaksanakan otonan pada hari kelahiran dalam weton agama Hindu.
- Membuatkan pelangkiran di dalam kamar tidur sebagai stana Nyama Kanda Pat.
- Selalu pamit ketika hendak pergi beraktivitas di luar rumah.
- Rajin sembahyang dan meminta agar nyama Kanda Pat menjaga kita saat tidur.
Sebaliknya bila orang melupakannya, orang akan mudah terkena bencana, badan akan mudah jatuh sakit dan bisa lupa ingatan. Keempat saudara ini bisa menjadi musuh yang jahat, yang bisa mendatangkan segala macam bencana dan penyakit.
Dengan memberi perhatian yang cukup dan kurban sajian yang cukup, mengundang mereka turut ambil bagian dalam makan dan minum, meminta mereka menjadi sahabat dalam apa yang dikerjakan atau kemana berpergian, mereka akan memberi imbalan dalam wujud kekuatan magis yang dibutuhkan
Baca juga : Mantra memperoleh anak laki-laki
Baca juga : Hak waris perempuan menurut hukum adat bali
Baca juga : Penyebab bayi nangis saat malam hari
Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…
Post a Comment for "Catur Sanak, Empat Saudara Niskala Sejak Lahir Bisa Melindungi Sebaliknya Bisa Juga Membawa Petaka "