Aturan Upawasa Atau Puasa Dalam Ajaran Hindu Yang Belum Banyak Di Ketahui - Balitulen
Aturan Upawasa Atau Puasa Dalam Ajaran Hindu Yang Belum Banyak Di Ketahui - Balitulen
Upawasa merupakan bagian brata, dan brata bagian dari
brata-yoga-tapa-samadi, yang menjadi satu kesatuan dalam konsep Nyama Brata.
Kewajiban warga Hindu menggelar bratayoga-tapa-samadi diisyaratkan dalam
kakawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut.
“Hana mara janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi
angetul aminta wiryya suka ning Widhi sahasaika, binalikaken purih nika lewih
tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah inandehaning prihatin.”
Artinya:
Ada orang yang tidak pernah melaksanakan
brata-yoga-tapa-samadi, dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi
(dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui
penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara
murka/ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.
Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar
brata-yoga-tapa-samadi lalu memohon sesuatu kepada Hyang Widhi maka
permohonannya itu akan ditolak bahkan akan mendatangkan penderitaan baginya.
Yang dimaksud dengan brata adalah mengekang hawa nafsu pancaindra, yoga adalah
tepekur merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah pengendalian diri; samadi
adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total sepenuhnya pada kehendak
Hyang Widhi.
Jadi berpuasa yang baik senantiasa disertai dengan kegiatan
lainnya seperti di atas, tidak dapat berdiri sendiri. Upawasa batal jika
melanggar/tidak melaksanakan brata-yoga-tapasamadi. Untuk kesempurnaan
berpuasa, disertai juga dengan ber-dana punia, yaitu memberikan bantuan materi
kepada kaum miskin.
Baca juga : Bepergian Jauh Dari Rumah Wajib Ngaturang Rarapan
Baca juga : Pelinggih Tugun Karang Sebagai Pintu Niskala
Baca juga : Segehan Dan Jenisnya Serta Tempat Dimana Diaturkan
Aturan-aturan berpuasa bermacam-macam, antara lain:
Upawasa yang dilaksanakan dalam jangka panjang lebih dari
sehari, di mana pada waktu siang tidak makan/minum apa pun. Yang dinamakan
siang adalah sejak hilangnya bintang timur daerah timur sampai timbulnya
bintang-bintang di sore hari;
Upawasa jangka panjang antara 3-7 hari dengan hanya memakan
nasi putih tiga kepel setiap enam jam dan air klungah nyuh gading;
Upawasa jangka pendek selama 24 jam tidak makan/minum apa
pun disertai dengan mona (tidak berbicara), dilaksanakan ketika Siwaratri dan
sipeng (Nyepi);
Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh
para wiku setahun sekali untuk menebus dosa-dosa karena memakan sesuatu yang
dilarang tanpa sengaja; puasa itu dinamakan santapana atau kricchara;
Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh
para wiku setiap bulan untuk meningkatkan kesuciannya, dinamakan candrayana.
Ketika akan mulai berpuasa sucikan dahulu badan dan rohani
dengan upacara majaya-jaya (jika dipimpin pandita) atau maprayascita jika
dilakukan sendiri. Setelah itu haturkan banten tegteg daksina peras ajuman
untuk menstanakan Hyang Widhi yang dimohon menyaksikan puasa kita.
Ucapkan mantram:
Om Trayambakan ya jamahe sugandim pushti wardanam, urwaru
kam jwa bandanat, mrityor muksya mamritat,
Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnyan suka sriam, dharma
santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om yawan meraustitho dewam yawad gangga mahitale candrarko
gagane yawat, tawad wa wiyayi bhawet.
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
Artinya
“Ya, Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, hindarkanlah hamba dari
perbuatan dosa dan bebaskanlah hamba dari marabahaya dan maut karena hanya
kepada-Mu-lah hamba pasrahkan kehidupan ini, tiada yang lain. Semoga Hyang
Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan,
jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
Selama Iswara bersemayam di puncak Mahameru (selama Gunung Himalaya tegak
berdiri), selama Sungai Gangga mengalir di dunia ini, selama matahari dan bulan
berada di angkasa, semoga selama itu hamba sujud kepada-Mu, ya Hyang Widhi.”
Sumber . kalender bali
Post a Comment for "Aturan Upawasa Atau Puasa Dalam Ajaran Hindu Yang Belum Banyak Di Ketahui - Balitulen"