Memunjung Bagian Dari Konsep ‘Pitra Puja’ Atau Penghormatan Terhadap Orang Yang Telah Meninggal Dunia.

Sebagian besar umat Hindu mempercayai setiap orang yang telah meninggal, Orang yang telah meninggal, atman atau roh dengan jasadnya telah terpisahkan. Jasad/ mayat tidak lagi membutuhkan makan minum.

Lalu, kenapa penglingsir bali mewariskan tradisi memunjung? Memunjung biasanya dilakukan dengan cara meletakkan makanan itu di atas kuburan.

Memunjung merupakan bagian dari konsep ‘Pitra Puja’ atau penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia.

Memunjung itu pun tergantung bentuk sawa preteka yang dilaksanakan. Jika ‘mekingsan ring pertiwi’ atau dikubur, pretisentana wajib memunjung.

Biasanya hal ini dilakukan dalam hari-hari tertentu atau ketika menggelar upacara besar.

Dalam masa mekingsan ring pertiwi, roh masih berada di bawah kendali Sang Hyang Prajapati. Itu artinya, roh orang tersebut masih berada di sekitar tempat jasadnya dikubur, sembari menantikan keluarga atau pretisentana menyelesaikan urusannya di dunia ini atau diupacarai.

“Roh yang belum dilakukan upacara penyucian yang disebut dengan samskara atau sinangaskara, masih terikat dengan jasadnya. Walaupun jasadnya sudah hancur,”

Dalam lontar dikatakan, ‘Kewale wonge mati bener, geseng juga pramangkin yadiastun tanpa bia,” artinya, apabila orang mati wajar, jangan dikubur, segeralah diaben.

Lalau bagaimana jika anaknya ada di luar kota, sehingga tidak bisa memunjung di kuburan? Maka, solusi satu-satunya adalah langsung mengupacarai jasad tersebut.

Namun perlu diketahui, meskipun sudah diaben, tetapi rohnya belum melinggih di rong telu, sehingga keluarga tetap memunjung.