Melukat Telaga Waja Wajib Mengikuti Dresta Dimana Mandi Atau Melukat Wajib Tanpa Busana
Melukat Telaga Waja Wajib Mengikuti Dresta Dimana Mandi Atau Melukat Wajib Tanpa Busana
Pura Telaga Waja merupakan sebuah pathirtan yang sangat kuno dan sakral. Menurut keterangan dari Dinas Purbakala, Pura Telaga Waja sudah berumur 1.000 tahun. Dibangun di abad ke-10 Masehi sebagai pusat pertapaan suci dari para bhiksu Buddha Kasogatan.
Pura Telaga Waja terletak di Banjar Kapitu, Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.
Nama asli jaman kuno dari Pura Telaga Waja adalah Talaga Dwaja. Ini diketahui dari naskah klasik Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-13 Masehi. Tertulis bahwa di Pulau Bali terdapat sebuah pusat pertapaan Buddha Kasogatan yang penting yang bernama Talaga Dwaja
Di dalam lontar Dharma Yoga Samadhi terdapat sebuah petunjuk untuk melakukan mandi melukat sebanyak 7 kali kesempatan di pathirtan Telaga Waja ini. Tujuannya untuk membersihkan segala mala [kekotoran diri] dan membuka lebar jalan pencerahan.Selain Nagarakretagama, juga terdapat naskah-naskah tua lainnya yang memuat tentang Pura Telaga Waja. Di dalam Prasasti Bulian disebutkan bahwa bila sering mandi melukat di pathirtan Telaga Waja yang berumur sekitar 1000 tahun ini, akan berguna untuk kesembuhan badan, kesembuhan pikiran dan mendapat kesejahteraan.
Di Pura Telaga Waja terdapat beberapa dresta yang tentunya wajib untuk kita ikuti dan tidak kita langgar. Dresta-dresta tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dilarang keras mandi atau melukat di kolam suci dan pancoran di bagian atas.
Dresta niskala ini disebabkan karena kolam suci dan pancoran di bagian atas merupakan genah melukat khusus dari para Ista Dewata, para Ida Btara-Btari, serta para Widyadara-Widyadari. Selain itu di kolam suci bagian atas ini merupakan tempat dari penjaga-penjaga niskala Pura Telaga Waja seperti Be Julit [ikan belut] dan Naga niskala. Sehingga sangatlah disakralkan dan kita sebagai manusia tidak diperbolehkan mandi atau melukat di kolam suci dan pancoran di bagian atas ini.
2. Kalau hendak mandi atau melukat, tempatnya adalah di pancoran 11 [sebelas] di bagian bawah. Disini mandi atau melukat dilarang keras mengenakan busana sehelai benangpun. Mandi atau melukat wajib telanjang bulat.
Adanya dresta niskala ini adalah sebagai hukum niskala penjaga kesakralan Pura Telaga Waja ini, sekaligus keharusan sebagai sebuah proses seleksi niskala bagi pemedek yang datang tangkil. Siapapun yang hendak mandi atau melukat di parahyangan suci yang sakral ini harus sanggup menempuh ujian spiritual ini, yaitu siap dengan keikhlasan dan kepolosan yang total untuk mandi atau melukat bertelanjang bulat.
Ini tidak saja merupakan sebuah ujian spiritual, tapi sesungguhnya merupakan sebuah gemblengan spiritual tingkat tinggi. Untuk dapat melukat di parahyangan suci ini kita harus memiliki keikhlasan total, kembali ke titik nol [kosong] yang polos tidak terkondisi sebagaimana saat kita dilahirkan. Karena esensi dasar semua mahluk adalah kesadaran Atma, tapi avidya [kebodohan, ketidaktahuan] membuat semua mahluk mengidentikkan dirinya dengan hal-hal tidak kekal seperti tubuh, pikiran dan perasaan. Tujuan dresta sakral iniadalah untuk melatih pikiran-perasaan kita agar polos apa adanya.
3. Upacara apapun di Pura Telaga Waja pantang dipuput oleh seorang sulinggih
4. Tidak boleh naik ke areal sakral di bagian atas yang merupakan areal palinggih dan kolam suci, kecuali atas se-ijin atau petunjuk jro mangku sebagai jan banggul pura.
Masyarakat setempat sangat menekankan semua dresta ini. Mereka dengan terbuka mengijinkan siapa saja untuk tangkil ke pura, tapi dengan sangat menekankan agar semua dresta ini tidak dilanggar.
Menurut cerita para tetua masyarakat sekitar pura, kalau dresta-dresta Pura Telaga Waja ini dilanggar maka akan mengakibatkan beberapa kemungkinan sengkala [musibah]. Kemungkinan pertama adalah masyarakat di sekitar pura yang akan mengalami sengkala seperti wabah penyakit, kematian susul-menyusul, ada bunuh diri atau musibah lainnya. Kemungkinan kedua adalah Jro Mangku pura yang akan mengalami sengkala dalam kehidupannya. Kemungkinan ketiga adalah si oknum pelanggar dresta sendiri yang akan mengalami sengkala.
Pura Telaga Waja adalah tempat melukat terbaik dari ratusan tempat melukat di seluruh Bali. Sebabnya adalah adanya faktor-faktor yang membuat Pura Telaga Waja sangat baik sebagai genah melukat, yaitu :
1. Titik lokasi dimana Pura Telaga Waja berdiri secara alami memiliki kekuatan energi sucialam semesta yang khusus. Hal ini tidak mengherankan mengingat para pertapa jaman dahulu sangat memilih lokasi pertapaan mereka. Hanya di tempat yang terbaik secara spiritual, dengan tujuan agar jalan moksha yang mereka tempuh menjadi lancar.
2. Mata air yang memancur keluar di Pura Telaga Waja energinya bagus sekali, karena secara alami membawa kekuatan penyembuhan ibu pertiwi yang kuat.
3. Pura Telaga Waja adalah sebuah parahyangan yang telah berumur sangat tua, berumursekitar 1.000 tahun. Dan selama jangka waktu 1.000 tahun tersebut Pura Telaga Waja terus menerus diselenggarakan upacara tanpa putus. Ini menimbulkan akumulasi energi suci yang besar.
4. Di Pura Telaga Waja pada jaman dahulu ada ratusan pertapa yang mengalami moksha. Energi mahasuci dari terjadinya moksha para pertapa ini terus tetap berada di parahyangan suci ini.
5. Bagi yang mata bathinnya sudah mampu mengakses alam-alam suci, akan dapat mengetahui betapa ramainya Pura Telaga Waja dengan kehadiran para Dewa-Dewi dan Boddhisattwa dari berbagai tingkatan alam suci. Ini sangat mengagumkan dan menggetarkan. Kehadiran demikian banyak Dewa-Dewi dan Boddhisattwa tidak saja memberi getaran suci yang sangat kuat, tapi sekaligus juga menjadikan ada berlimpah karunia disini.
Semua faktor-faktor inilah yang membuat mata air suci di Pura Telaga Waja kekuatan sucinyadalam air menjadi berlipat-lipat. Sehingga menjadi tempat melukat terbaik
Dirangkum dari kabardewata.com
Post a Comment for "Melukat Telaga Waja Wajib Mengikuti Dresta Dimana Mandi Atau Melukat Wajib Tanpa Busana"