Tujuan Pemasangan Penjor Serta Syarat Dan Ketentuan Dalam Pembuatan Penjor Upacara Atau Penjor Hiasan
Tujuan Pemasangan Penjor Serta Syarat Dan Ketentuan Dalam Pembuatan Penjor Upacara Atau Penjor Hiasan
Dikalangan umat Hindu khususnya di Bali Penjor sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena hampir disetiap upacara Dewa Yadnya selalu disertai dengan Penjor sebagai bagian dari pelengkap upakara.
Pemasangan Penjor yang paling banyak dapat kita jumpai pada yaitu pada saat hari Raya Galungan, semua umat Hindu memasang Penjor didepan rumah, merajan, pura dan lain sebagainya .
Tujuan dari pemasangan Penjor adalah sebagai rasa wujud bhakti, ungkapan kemakmuran yang berupa hasil sandang, pangan dan hasil bumi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Bentuk atau bagian dari Penjor itu sendiri yang bentuknya menyerupai seekor naga, kepalanya berada dibawah dan ekornya berada diatas. Pembuatan Penjor itu sendiri haruslah sesuai dengan aturan atau ketentuan yang ada, karena Penjor itu bersifat religius dan bukan hanya sekedar untuk hiasan saja dan ajang untuk pamer.
Penjor itu ada dua :
Penjor upacara
Penjor ini dibuat selengkap mungkin dengan mengikuti tata aturan keagamaan umat Hindu. Seperti ditemukannya kain putih, bambu, kelapa, janur, buah-buahan, daun-daunan, pala bungkah, dan tebu. Semua unsur ini memiliki makna masing-masing yang terhubung langsung dengan sang Hyang Widi sang Pencipta beserta ciptaan-Nya.
Penjor hiasan
Dari segi kelengkapan penjor hiasan biasanya di buat seindah mungkin untuk mewarnai sebuah acara, namun tidak dilengkapi dengan unsur-unsur yang ada di penjor upacara.
Penjor hiasan biasanya dipasang saat ada acara pesta, perlombaan desa, ataupun pesta seni. Yang dimunculkan dalam penjor perhiasan ini adalah unsur kemeriahan, sebab penjor memang sarat akan acara besar.
Adapun syarat dan ketentuan dalam pembuatan sebuah Penjor hendaklah semua disesuaikan dengan ketentuan
seperti misalnya ;
• Penjor itu haruslah dibuat dari sebatang bambu yang pada ujungnya melengkung.
• Badan bambu dililit dengan janur atau busung setinggi diatas kepala pemiliknya.
• Sejengkal diatas kepala dihiasi dengan janur atau ambu atau daun enau yang muda. (rambut naga)
• Dan diatas lilitan rambutnya diisi dengan pala bungkak, pala gantung, dan pala wija (perut naga)
• Pada ujung bambu diisi sampiyan Penjor, canang sari dan porosan (ekor naga)
dibawah Penjor bagian bawah dipasang sanggah Ardha Chandra yang dibuat dari bambu yang bentuk dasarnya persegi empat dan bagian atapnya melengkung setengah lingkaran yang membentuk bulan sabit dan dihiasi ujung janur yang utuh (jenggot naga)
dan dikanan kirinya diisi bunga seperti layaknya kita jika mesumpang ditelinga.
Dalam kutipan lontar Tutur Dewi Tapini ada disebutkan; Wahai kamu orang - orang bijaksana yang menghaturkan Yadnya agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu Sang Bhuta menjadi tempat atau dasar dari Yadnya itu. Kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya agar dari Dewa semua kembali kepada Hyang Widhi, Widhi Widana atau ritualnya bertujuan agar Sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya. Hyang Siwa menjadi bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windhu (titik) Sang Hyang Parama Siwa menjadi nadha (kecek) yang mana kesemuanya ini merupakan simbul dari Ong Kara.
Dari sumber sastra agama itu maka Penjor hendaknya dibuat agar mempunyai sifat religius dan mempunyai arti atau fungsi tertentu dalam setiap upacara keagamaan dan wajib dibuat lengkap, karena semua itu adalah merupakan simbul atau lambang dari ;
• Bambu sebagai simbul dari Dewa Maheswara
• Kelapa dan janur sebagai simbul dari Dewa Rudra
• Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbul dari Dewa Wisnu
• Plawa atau daun - daunan sebagai simbul dari Dewa Sangkara
• Padi simbul sebagai simbul dari Dewi Sri
• Kain kuning sebagai simbul dari Dewa Mahadewa
• Daun enau atau Ambu sebagai simbul dari Dewi Durga
• Tebu sebagai simbul
dari Dewa Sambu
• Kain putih sebagai simbul dari Dewa Iswara
• Sanggah sebagai simbul dari Dewa Siwa
• Cili gegantungan sebagai simbul dari Widyasari
• Tamiyang sebagai simbul untuk penolak bala
• Lamak simbul dari Tri Bhuana
• Upakara sebagai simbul Dewa Sadha Siwa
Setelah pembuatan penjor hendaknya dipasang di depan pekarangan rumah, kantor, ataupun tempat usaha. Tepatnya di sebelah kanan pintu masuk, sanggah atau lengkung dari penjor mengarah ke jalan.
Bila rumah yang menghadap ke Timur, maka penjor tersebut dipasang di sebelah Selatan. Sedangkan bagian depan penjor dipasang sebuah sanggah cucuk setinggi sekitar 1.5 meter sebagai perlambang Ardha Candara.
Yaitu sebuah sanggah yang bagian bawah segi empat atapnya melengkung setengah lingkaran, bentuknya seperti bulan sabit. Kemudian pada ujung penjor (ujung bambu) di pasang sebuah sampian penjor lengkap dengan bunga, porosan, kwangen, sesari 11 uang kepeng.
Mari lestarikan dan ajegkan adat dan budaya warisan dari leluhur kita ...
Post a Comment for "Tujuan Pemasangan Penjor Serta Syarat Dan Ketentuan Dalam Pembuatan Penjor Upacara Atau Penjor Hiasan"