Benarkah Sugihan Jawa-Bali Ada Hubungannya Dengan Keturunan Majapahit Dan Orang Bali Asli? Berikut penjelasannya
Benarkah Sugihan Jawa-Bali Ada Hubungannya Dengan Keturunan Majapahit Dan Orang Bali Asli? Berikut penjelasannya
Banyak orang yang mengatakan Sugihan Jawa dirayakan oleh orang Bali keturunan Majapahit, sedangkan Sugihan Bali dirayakan oleh keturunan Bali Asli.
Benarkah demikian?
Di Rangkum dari tribunbali.com Nyatanya tidak, Enam hari sebelum Hari Raya Galungan disebut dengan Sugihan Jawa. Sugihan Jawa ini berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Sugi dan Jaba. Sugi artinya membersihkan dan Jaba artinya luar.
Sehingga Sugihan Jawa berarti pembersihan alam semesta atau makrokosmos atau bhuana agung.
Pembersihan bhuana agung ini dilakukan dengan membersihkan pelinggih, pura, merajan, maupun lingkungan sekitar. Dihaturkan pula canang pengreresik dan canang raka di merajan maupun Paibon.
Dalam Lontar Sundarigama disebutkan:
Sungsang, rehaspati wage ngaran parerebwan, sugyan jawa kajar ing loka, katwinya sugyan jawa ta ngaran, apan pakretin bhatara kabeh arerebon ring sanggar mwang ring parhyangan, dulurin pangraratan, pangresikan ring bhatara, saha puspa wangi. Kunang wwang wruh ing tatwa jana, pasang yoga, sang wiku anggarga puja, apan bhatara tumurun mareng madyapada, milu sang dewa pitara, amukti banten anerus tekeng galungan.
Artinya:
Kamis Wage Sungsang disebut dengan parerebon atau yang lebih dikenal dengan Sugihan Jawa. Dinamakan sugihan jawa karena merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di sanggah dan parahyangan, yang disertai pangraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan kembang wangi. Orang yang memiliki kemampuan dalam hal tatwa akan melakukan yoga semadhi, pendeta akan melakukan pemujaan tertinggi, karena Bhatara pada hari ini turun ke dunia diiringi oleh para Dewa Pitara untuk persembahan hingga Galungan nanti.
Rerebu atau marerebon ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada pada alam semesta atau Bhuana Agung.
Untuk persembahannya lebih lanjut :
Pakreti nikang wwang, sasayut mwang tutwang, pangarad kasukan ngaranya.
Artinya:
Sesajennya yaitu sesayut tutwan atau pangarad kasukan. Sementara itu, Jero Mangku Ketut Maliarsa asal Bon Dalem menjelaskan bahwa kedua hari suci ini (Sugihan Jawa dan Sugihan Bali) jangan disahlahartikan.
Misalnya Sugihan Jawa adalah hari suci umat Hindu yang berasal dari Jawa. Sugihan Bali adalah hari sucinya umat Hindu asli Bali.
"Hal ini dulu salah kaprah, sedangkan yang benar bahwa kedua hari suci Sugihan ini harus dilaksanakan oleh umat Hindu dimanapun, karena berkaitan dengan dualita dalam kehidupan umat manusia, yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.
"Berkaitan dengan itu, landasan pemikiran kita sebagai umat Hindu di Bali harus sudah berubah karena eksistensi kedua alam ini tidak dapat dipisahkan atau dilepaskan dalam kehidupan sebagai umat manusia," tegasnya.
Kesimpulannya, hari Suci Sugihan Jawa dan Sugihan Bali adalah wujud umat Hindu untuk pembersihan bhuwana agung dan bhuana alit.
Kedua hari suci ini diharapkan mampu membawa keseimbangan alam semesta dan alam manusia.
Dengan keseimbangan itulah, puncaknya pada Hari Raya Galungan umat Hinda merayakan kemenangan dharma melawan adharma.
Post a Comment for "Benarkah Sugihan Jawa-Bali Ada Hubungannya Dengan Keturunan Majapahit Dan Orang Bali Asli? Berikut penjelasannya"