Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

TIDAK PERLU BERHUTANG UNTUK BERYADNYA, DEMI SEBUAH KATA "GENGSI"

TIDAK PERLU BERHUTANG UNTUK BERYADNYA, DEMI SEBUAH KATA "GENGSI"

Sumber foto : @gedelila hanya ilustrasi


Kehidupan masyarakat bali banyak sekali mengenal yang namanya "yadnya" dari yang kecil hingga besar. untuk beryadnya mari kita sesuaikan dengan kondisi keadaan keuangan anda karena Tuhan tidak pernah menuntut umatnya dalam menentukan kecilnya atau mewahnya persembahan itu kepadaNya. 

Besar kecilnya yadnya yang kita persembahkan namun tidak mengurangi maknanya, itulah yadnya persembahan yang bagus, yang penting dengan rasa subakti, tulus, iklas dan selalu bersyukur.

Dalam bernyadnya:

• Jangan malu pada tetangga

• Jangan mendengarkan kata mereka baru yadnya kita kecil

• Jangan gengsi pada semua orang yang persembahannya lebih banyak

• Namun malulah pada Tuhan bila mana yadnya yang kita persembahkan besar,namun dengan cara ngutang sana sini untuk membeli buah impor dan lainnya.

Besarnya yadnya yang kita persembahkan kepadaNya sangatlah juga bagus, asal kita mampu dengan kondisi keuangan kita. Kadang kala banyak orang yang gengsi menghaturkan yadnya kecil, karena pola pikirkanya selalu gengsi dan malu sama orang-orang.

Mereka selalu akan berlomba-lomba menghaturkan yadnya(aturan-aturan) kepura dengan buah impor dan lainnya walaupun dengan ngutang demi gengsinya, namun selesai itu mereka juga akan pusing membayar hutang habis beryadnya.

Jadi tolonglah hilangkan rasa gengsi dan malu sama orang-orang, dan malulah sama Tuhan, karena Beliau tidak pernah meminta suatu apapun yang sifatnya  menyusahkan umatnya. Dan mari juga pergunakanlah buah lokal yang jauh lebih baik tanpa bahan pengawet. 

Sekecil apapun persembahan yang kita haturkan kepadaNya akan selalu diterima Beliau yang penting iklas.

Sumber : Ida Dalem Parama Diksita Bersama ketut putra ismaya,naga bumi,made mangku


Post a Comment for "TIDAK PERLU BERHUTANG UNTUK BERYADNYA, DEMI SEBUAH KATA "GENGSI""