Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DIZAMAN KALI YUGA BANYAK ORANG YANG AKAN BERPURA-PURA SUCI DAN KELIHATAN BERILMU

DIZAMAN KALI YUGA BANYAK ORANG YANG AKAN BERPURA-PURA SUCI DAN KELIHATAN BERILMU

sumber foto: @yande_zetia hanya ilustrasi

Di zaman Kali Yuga akan ada banyak orang yang berpura-pura suci dan kelihatan berilmu, namun sebaliknya ia belum selesai dengan dirinya sendiri dan masih menyimpan segala keterikatan kenikmatan dunia. Ia yang kelihatan bijaksana dan berilmu namun dibaliknya memanfaatkan orang-orang demi kepentingan pribadinya terkait urusan duniawi. 

Oleh sebab itu, janganlah mengaku diri sebagai wiku, janganlah mengaku diri sebagai orang suci, dan janganlah mengaku diri sebagai pemuka agama pemimpin umat apabila belum mampu melepas keterikatan duniawi dan belum melakukan penyerahan diri sepenuhnya. 

Sebab selain menyesatkan orang lain yang percaya karena penampilan luarnya. Sesungguhnya dosa dari orang yang demikian amatlah jauh lebih besar, karena seorang guru juga bertanggung jawab akan semua dosa muridnya yang melakukan ajaran gurunya yang salah. 

Untuk para calon murid, persiapkanlah diri menjadi siswa yang baik dan bergurulah kepada mereka yang benar-benar mampu memberikan penerangan jalan menuju kebahagiaan dunia dan jiwa, mewujudkan kedamaian bersama dan kebahagiaan bagi seluruh ciptaan.

Dalam mempelajari agama kita memerlukan guru. Guru mempunyai tugas yang amat penting. Baik disekolah maupun dimasyarakat, kedudukan guru amat-amat penting. 

Karena itu hubungan antara guru dan murid harus dalam keakraban. Hormatnya seorang murid kepada guru sangat dipuji di dalam agama Hindu. Agama Hindu mengajarkan tentang pentingnya Guru bhakti. Atas bantuan guru itulah murid mengenal dasar-dasar agama itu.

Disamping belajar ilmu pengetahuan melalui Guru, orang pun dapat belajar sendiri. Ini memerlukan kecerdasan, keuletan dan kerajinan. Banyak orang-orang besar di dunia ini menjadi terkenal adalah karena belajar sendiri. Demikian pula para Maha Rsi kita jaman dahulu.

Mereka belajar sendiri penemu Atom, penemu Listrik, penemu Lokomotif, penemu Telepon dan lain-lain, adalah merupakan hasil belajar sendiri.

Jadi belajar dan berusaha sendiri sangat baik. Sangat dimuliakan dan sangat diharapkan. Belajar sendiri dinamakan Swadhyaya. Swa artinya sendiri. Adhyaya artinya guru. Jadi Swadhayaya artinya belajar sendiri. Diri sendiri menjadi guru.

Di dalam ajaran agama Hindu Guru Swadhyaya juga diartikan Tuhan. Ini merupakan refleksi pikiran yang menganggap Tuhan sendiri belajar sendiri. Kita belajar dari Tuhan Yang Maha Esa dengan meniru dan mengamalkan yang kita ketahui tentang Tuhan Yang Maha Esa.

Bila kita ingin maju maka kita harus belajar dan berusaha sendiri. Jangan terlalu banyak menggantungkan diri pada orang lain. Janganlah kamu baru belajar setelah disuruh. Tetapi kamu harus belajar dan harus berdasarkan keyakinan. Apapun yang kamu pelajari berdasarkan keyakinan, keamanan, keuletan dan pengabdian, engkau akan berhasil. Berbahagialah orang yang dapat berbuat demikian. 

Guru artinya Di Gugu dan Di  Tiru. Seorang Guru adalah Dewa bagi murid-muridnya, tapi seorang Guru juga manusia biasa yang bisa melakukan dosa, maka janganlah mendewakan guru. Di Gugu = Di Dengarkan segala ucapannya, maka hendaknya pilih dan pilahlah seorang guru yang benar-benar mengajarkan kebaikan dan kebenaran (Dharma). 

Guru yang baik haruslah berucap yang baik dan benar, tidak berkata bohong, tidak berujar kebencian, tidak berucap yang provokatif, karena guru semacam itu akan merusak jiwa murid-muridnya yang hanya menambah dosa. Di Tiru = Di Contoh segala perbuatannya, seorang guru hendaknya bisa memberikan contoh prilaku atau perbuatan yang baik pada murid-muridnya. Maka hendaknya lihatlah prilaku seorang guru, lebih baik jangan berguru pada orang-orang yang munafik, ucapannya yang di ajarkannya tidak sesuai dengan prilakunya. 

Apalagi seorang guru agama haruslah berpikir yang baik dan benar (Manacika), berkata yang baik dan benar (Wacika), berbuat yang baik dan benar (Kayika). Dalam ajaran agama Hindu disebut dengan Tri Kaya Parisudha itulah konsekwensi seorang guru agama. Karena segala pikiran, ucapan dan perbuatannya akan dicontoh oleh murid-muridnya. Seorang guru agama yang baik akan selalu mengajarkan kesabaran, kelembutan, ketenangan, kedamaian, keikhlasan yang sesuai dengan ajaran budi pekerti yang luhur. 

Jika ada seorang guru agama yang sukanya hanya mengumbar hawa nafsu amarah, kebencian, kekerasan, ambisi duniawi, tidak beretika di dalam budaya kita, maka tinggalkan segera karena guru yang seperti itu hanya menyesatkan saja dan tidak sesuai ajaran agama (Dharma) yang mengajarkan kasih sayang kepada semua ciptaanNya.

Mahatma Gandhi mengatakan, Tujuan utama dari ilmu pengetahuan itu ialah untuk mempertinggi kepribadian manusia itu sendiri, dan bukan memakai kekuatan yang didapat dari ilmu pengetahuan untuk menghancurkan sesama manusia, sesama makhluk.

Albert Einstein juga mengatakan bahwa "Ilmu tanpa agama hancur, agama tanpa ilmu buta". Untuk itu pikiran yang cerdas harus berdampingan dengan hati yang lembut.

Kebijaksanaan harus terus dibina, serta bersungguh-sungguh dalam berprilaku dan berbuat. Jangan percaya membabi buta tanpa merenungkan benar salahnya.

Baca juga : Alasan tidak boleh memukul anjing saat upacara agama

Baca juga : Air cucian beras sebagai penetralisir pekarangan

Baca juga : Cara menguji orang kerauhan

Karena itu janganlah kita sampai tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Siapkan diri dan kejarlah ilmu. Janganlah sampai terlibat pada perbuatan-perbuatan dosa. Karena orang yang rendah budi yang disebabkan karena tanpa ilmu, ia adalah merupakan musuh dirinya sendiri (Sarasamuscaya sloka 314).

Sumber : Ardhana Wijaya Saputra

Post a Comment for "DIZAMAN KALI YUGA BANYAK ORANG YANG AKAN BERPURA-PURA SUCI DAN KELIHATAN BERILMU"